Cerita Malam: Tata Krama, Tanggung Jawab Siapa?

Rupanya sudah berpuluh tahun lamanya aku pijakan kaki di bumi yang sudah semakin menua ini. Cukup lama, Alhamdulillah... Terima kasih Ya Rab... [terharu mode on]

Aku pijakan kaki dan kucoba mencari kearifan ilmu pada alam yang semakin menua. Tuhan berikan aku banyak ilmu lewat perantara bumi, langit, dan alam semesta. Dan sedikit demi sedikit kucoba nikmati segarnya bumi yang menghantarkan aku pada arifnya ilmu. Dan aku pun mencoba belajar atas segala fenomena alam yang menyapa. Namun selama aku belajar dan berpijak, selama itu pula aku bertanya... Pergolakan batin dan akal yang terkadang bertentang. Namun aku yakin nurani tidak pernah dusta dan mencari pembenaran. Tata krama, tanggung jawab siapa?

Hidup di kota besar bukanlah sebuah alasan untuk tidak belajar tata krama. Tuhan telah mengajarkan kita lewat sabarnya alam. Kenapa kita tidak mencoba untuk belajar? Berubahnya zaman pun demikian. Tidak dapat dijadikan alasan! Tak ada sesuatu pun yang dapat dijadikan alasan untuk mengeliminasi ini semua, tata krama harus tetap ada!

Namun kenapa masih banyak kutemukan fenomena dimana orang [tua maupun muda] bersikap sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan? Kurang sabarkah alam mengajarkan akan indahnya keteraturan [tata krama]? Tidak! Seharusnya kata yang terujar lewat tutur mereka [orang yang bersangkutan] sudah cukup menjadi guru bagi dirinya sendiri? Komentar atas kesalahan yang orang lain lakukan seharusnya sudah cukup bagi mereka untuk bisa belajar. Malah lebih dari cukup...

Tak banyak yang bisa aku lakukan. Hanya bisa mengurut dada dan duduk diam dalam bisunya tanya, tak ada jawab. Karena ku yakin mereka sudah cukup tahu untuk diajari. Tidak adakah sedikit empati atas efek sikap mereka yang tidak bertata krama pada orang lain? Cobalah sedikit saja berfikir, merenung dan merasa...